Ketahuilah, semoga Allah merahmatimu:
Sesungguhnya kalimat ini adalah pemisah antara kekafiran dan islam. Ia
adalah kalimatut taqwa. Ia adalah al 'urwah al wutsqo(tali buhul yang
kokoh). Ia adalah kalimat yang telah dijadikan oleh Nabi Ibrahim sebagai
kalimat yang kekal bagi keturunannya agar mereka semua kembali pada
tauhid (Lihat surat Az Zukhruf : 28. Pent).
Yang diharapkan adalah bukan sekedar mengucapkan kalimat ini di lisan
tanpa mengetahui ma'nanya. Karena orang orang munafiqpun mengucapkannya,
walaupun demikian mereka berada di bawah orang orang kafir, di tingkat
paling rendah dalam neraka, padahal mereka menjalankan sholat dan
mengeluarkan sedekah.
Akan tetapi yang diharapkan adalah mengucapkannya disertai dengan
memahaminya dalam hati, mencintainya dan mencintai pemeluknya serta
membenci dan memusuhi orang orang yang menyelisihinya. Sebagaimana sabda
Nabi shollallahu 'alaihi wa sallam:
من قال لاإله إلله مخلصا و في رواية
خالصامن قلبه وفي رواية صادقا من قلبه وفي حديث آخر من قال لاإله إلا الله
وكفر بما يعبد من دون الله
"Barang siapa yang mengucapkan tidak ada ilah selain Allah secara
ikhlas dari dalam hatinya" Dalam riwayat lain: "dengan shidiq dari dalam
hatinya" Dan dalam hadits lain: "Barang siapa yang mengucapkan tidak
ada ilah selain Allah dan mengkafiri apa apa yang diibadahi selain
Allah..."
Serta hadits hadits lainnya yang menunjukkan ketidaktahuan kebanyakan manusia terhadap syahadah ini.
Ketahuilah, bahwa kalimat ini adalah kalimat peniadaan dan kalimat
penetapan. Meniadakan ilahiyah (sifat ke-ilah-an) dari selain Allah,
yaitu dari semua makhluq termasuk Muhammad shollallahu 'alaihi wa aalihi
wa sallam dan Jibril, apalagi makhluq selain beliau berdua dari
kalangan para wali dan orang orang sholeh. (apalagi dari kalangan orang
orang durhaka. Pent).
Bila engkau telah memahami hal ini, maka perhatikanlah
uluhiyah ini (ibadah ini)
yang telah Allah tetapkan untuk Diri-Nya dan telah meniadakannya dari
diri Muhammad, Jibril dan yang selain beliau berdua, walaupun hanya
sebiji atom. Ketahuilah, bahwa uluhiyyah ini adalah apa apa yang telah
dinamai oleh orang orang awam pada zaman kita sekarang ini dengan
istilah as sirru (sakti dan mulia) dan al walayah (kewalian atau
kemampuan mengatur dan menolong). Ilah bermakna al waliy (penolong) yang
memiliki kesaktian, yang diistilahkan oleh mereka (orang orang
musyrikin) dengan sebutan 'syeikh', juga yang diistilahkan oleh orang
orang awam dengan sebutan as sayyid serta yang semisal dengan ini. Ini
karena mereka menyangka bahwa Allah telah menempatkan suatu manzilah
(kedudukan) bagi makhluq pilihan sehingga Dia meridhoi manusia untuk
ber-iltija, berharap (rojaa'), beristighotsah (meminta pertolongan)
kepada mereka, serta menjadikan mereka sebagai perantara antara dirinya
dan Allah.
Sesuatu yang dijadikan oleh orang orang musyrik pada zaman kita
sekarang ini sebagai perantara, adalah sesuatu yang dinamakan oleh orang
orang musyrikin dahulu sebagai aalihah (ilah ilah). Al washithah
(perantara) adalah al ilah. Maka ucapan seseorang "tidak ada ilah selain
Allah" bermakna membathilkan segala perantara perantara yang ada.
Bila engkau ingin mengetahui hal ini dengan pengetahuan yang sempurna, maka dengan dua hal:
Pertama, Hendaknya engkau mengetahui bahwa orang orang kafir yang
diperangi oleh Rosulullah shollallahu 'alaihi wa aalihi wa sallam, yang
beliau bunuh dan rampas hartanya serta menghalalkan wanita wanita mereka
adalah orang orang yang mendekatkan diri mereka kepada Allah subhanahu
dengan tauhid rububiyyah, yaitu bahwa tidak ada yang menciptakan,
memberi rezki, menghidupkan, mematikan serta mengatur segala urusan
urusan kecuali Allah saja. Sebagaimana firman Allah ta'ala:
قل من يرزقكم من السماء والأرض أمن يملك السمع والأبصارومن يخرج الحي من الميت ويخرج الميت من الحي ومن يدبر الأمر فسيقولون الله
"Katakanlah: "Siapakah yang memberi rezki kepada kalian dari langit dan
bumi, atau siapakah yang kuasa atas pendengaran dan penglihatan, dan
siapakah yang mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan
yang mati dari yang hidup dan siapakah yang mengatur segala urusan"?
Maka mereka akan menjawab: "Allah". (Surat Yunus : 31).
Ini adalah masalah agung dan penting. Yaitu hendaknya engkau mengetahui
bahwa orang kafirpun bersyaksi atas hal ini semua, mereka mengakui hal
itu semua. Meskipun demikian,
hal tersebut tidak memasukkan mereka ke dalam islam, dan tidak pula mengharamkan darah dan harta mereka,
padahal mereka mengeluarkan sedekah, menunaikan haji, umrah dan
melaksanakan ibadah ibadah lain serta meninggalkan hal hal yang haram
karena takut kepada Allah azza wa jalla.
Akan tetapi masalah kedua inilah yang menjadikan mereka kafir serta
halal darah dan hartanya, yaitu bahwa mereka belum bersaksi kepada Allah
dengan tauhid uluhiyyah, yaitu tidak ada yang diseru dan diharapkan
kecuali Allah saja, tidak ada sekutu bagi-Nya, tidak ada yang dimintai
pertolongan kecuali Dia, tidak menyembelih hewan untuk dipersembahkan
kepada selain-Nya, tidak bernadzar kepada selain-Nya, baik itu berupa
malaikat yang didekatkan kepada Allah ataupun nabi yang diutus. Maka
barang siapa yang beristighotsah (meminta pertolongan) kepada
selain-Nya, maka dia telah kafir. Barang siapa yang menyembelih hewan
untuk dipersembahkan kepada selain-Nya, maka dia telah kafir. Barang
siapa yang bernadzar kepada selain Allah, maka dia telah kafir, dan lain
lain yang serupa dengan ini.
Untuk melengkapinya, hendaknya engkau mengetahui bahwa orang orang
musyrikin yang diperangi oleh Rosulullah shollallahu 'alaihi wa aalihi
wa sallam, mereka berdo'a kepada orang orang sholih seperti malaikat,
nabi Isa dan Uzair serta wali wali yang lain, sehingga mereka kafir
dengan perbuatan ini, meskipun mereka mengikrarkan bahwa Allah lah yang
menciptakan, yang memberi rezki dan yang mengatur. Bila engkau telah
memgetahui hal ini, maka engkau telah mengetahui ma'na
tidak ada ilah kecuali Allah.
juga telah mengetahui bahwa barang siapa yang memuja nabi atau malaikat
atau meminta pertolongan kepadanya, maka ia telah keluar dari Islam.
Inilah kekafiran yang telah diperangi oleh Rosulullah. Bila seorang
musyrik berkata: "Kami telah mengetahui bahwa Allah adalah sang
Pencipta, Pemberi rezki, dan Pengatur. Dan dimungkinkan orang orang
sholeh itu termasuk orang orang yang didekatkan di sisi Allah, dan kami
berdo'a kepada mereka, bernadzar dan beristighotsah kepada mereka,
dengan harapan agar kami mendapatkan kedudukan dan syafaat, tidak lebih
dari ini, karena kami memahami bahwa Allah adalah Pencipta dan
Pengatur". Maka katakan kepadanya: "Perkataan kamu ini adalah madzhab
Abu Jahal dan orang orang yang semisalnya. Sesungguhnya mereka berdo'a
kepada nabi Isa, Uzair, malaikat dan para wali, juga mengharapkan hal
tersebut". Sebagaimana firman Allah:
ويعبدون من دون الله ما لا يضرهم ولاينفعكم ويقولون هؤلاء شفعاءنا عند الله
"Dan mereka beribadah kepada selain Allah yang tidak dapat mendatangkan
kemudharatan kepada mereka dan tidak pula kemanfaatan, dan mereka
berkata: "Mereka rtu adalah pemberi syafaat bagi kami di sisi Allah"
(Yunus : 18)
Jika engkau memperhatikan hal ini dengan baik, engkau akan mengetahui
bahwa orang orang kafir telah bersaksi atas tauhid rububiyyah, yaitu
bahwa hanya Allah saja yang menciptakan, memberi rezki dan mengatur.
Akan tetapi mereka memuja Nabi Isa, malaikat serta para wali agar dapat
mendekatkan diri mereka kepada Allah dan agar mendapatkan syafaat.
Engkaupun akan memgetahui bahwa sebagian dari orang orang kafir itu,
terkhusus orang orang nashrani, diantara mereka ada yang beribadah
kepada Allah di malam hari dan di siang hari, bersikap zuhud terhadap
dunia, mengeluarkan sedekah serta beruzlah (memisahkankan diri dari
manusia) di gereja gereja. Meskipun begini, ia adalah orang kafir, musuh
Allah, dan kekal di neraka. Karena sebab keyakinannya pada diri Nabi
Isa, atau karena menyembelih untuk dipersembahkan kepada beliau ataupun
bernadzar kepada beliau.
Telah jelaslah bagimu sifat Islam yang dida'wahkan oleh Nabimu
shollallahu 'alaihi wa aalihi wa sallam. Jelas pula bagimu bahwa banyak
manusia yang menjauhkan diri darinya (dari Islam). Jelas juga bagimu
ma'na sabda beliau shollallahu 'alaihi wa aalihi wa sallam:
بدأ الإسلام غريبا وسيعود غريبا كما بدأ
"Islam telah bermula dalam keadaan terasing dan kelak akan kembali menjadi terasing"
Allah....Allah....Wahai saudara saudaraku. Berpegang teguhlah kalian
pada pokok Din kalian, yang awal dan akhirnya, inti dan kepalanya adalah
syahadah tidak ada ilah selain Allah. Ketahuilah ma'nanya. Cintailah
kalimat ini dan cintailah para pemeluknya dan jadikan mereka sebagai
saudara saudasa kalian walaupun mereka adalah orang orang jauh. Dan
kafirlah kepada thogut thogut. Musuhi mereka dan bencilah mereka serta
bencilah orang yang mencintai mereka atau membela mereka atau tidak
mengkafirkan mereka atau mengatakan bahwa saya tidak diperintah oleh
Allah untuk memusuhi mereka. Sungguh orang ini telah berdusta atas nama
Allah dan telah mengada ngada. Sungguh Allah telah membebani dia untuk
memusuhi mereka serta Dia telah mewajibkannya untuk kafir kepada mereka
dan berbaro' (berlepas diri) dari mereka, walaupun mereka adalah saudara
saudaranya atau anak anaknya...
Allah....Allah....Berpegang teguhlah dengan hal ini, mudah mudahan
kalian menemui Rob kalian dalam keadaan tidak mempersekutukan-Nya
dengan sesuatu apapun. Ya Allah, wafatkanlah kami dalam keadaan muslim
dan gabungkanlah kami dengan orang orang sholih.
Kami akan menutup pembicaraan ini dengan satu ayat yang telah disebutkan
oleh Allah di dalam kitab-Nya, yang menjelaskan bagimu bahwa kekafiran
orang orang musyrikin pada zaman kita sekarang ini lebih besar
kekafirannya dari orang orang yang telah diperangi oleh Sosulullah
shollallahu 'alaihi wa aalhi wa sallam. Allah ta'ala berfirman:
وإذا مسكم الضر في البحر ضل من تدعون إلا إياه فلما نجاكم إلي البر أعرضتم وكان الإنسان كفورا
"Dan apabila kalian ditimpa bahaya di tengah lautan, niscaya hilanglah
siapa yang kamu seru, kecuali Dia. Maka tatkala Dia menyelamatkan kalian
ke daratan, kalian berpaling. Dan manusia itu selalu tidak berterima
kasih". (Al Israa' : 67).
Tatkala kalian mendengar bahwa Allah subhanahu telah menyebut keadaan
orang orang kafir, bahwa mereka apabila mereka ditimpa bahaya, mereka
meninggalkan 'sayyid sayyid' dan 'syeikh syeikh' mereka serta tidak
meminta pertolongan kepada mereka melainkan mereka memurnikan hal itu
hanya untuk Allah saja. Apabila telah datang masa longgar, mereka
kembali mengerjakan kesyirikan. Sedangkan engkau melihat keadaan orang
orang musyrik pada zaman kita sekarang, dan bisa jadi sebagian dari
mereka ada yang mengaku ngaku termasuk dari ahlul 'ilmi yang memiliki
sifat zuhud, ijtihad dan ibadah, bila bahaya menimpa dirinya, terkadang
ia meminta pertolongan kepada Ma'ruf atau Abdul Qodir Al Jailani atau
yang lebih mulia dari beliau berdua, yaitu Zaid bin Khathab dan Zubair,
atau yang lebih mulia dari beliau berdua, yaitu Rosulullah shollallahu
'alaihi wa aalihi wa sallam.
Wallahul musta'aan...
Dan yang lebih besar lagi dosanya, bahwa mereka meminta pertolongan
kepada thogut thogut yang kafir semisal Samsan, Idris, Yunus dan yang
seperti mereka
Wallahu subhanahu wa ta'ala a'lam.
(copas dari blog : http://terapkan-tauhid.blogspot.com)